“Pelaut ulung tidak lahir dari laut yang tenang. Pelaut ulung pasti lahir dari laut yang bergelombang.” Pelaut merupakan profesi yang tidak mudah. Menjadi pelaut berarti harus memiliki mental yang kuat dan fisik yang tangguh. Tidak heran jika profesi ini didominasi oleh laki-laki.

Dari aspek gender, dalam jajaran dunia pendidikan kemaritiman Indonesia, keberadaan wanita bisa dikategorikan masih sedikit sekitar 1,8%. Berdasarkan data Direktorat Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan Indonesia, hingga 19 April 2019 jumlah pelaut wanita dalam berbagai jabatan dan tingkat ijazah, aktif dan non aktif berlayar sebanyak 18.572 pelaut, sedangkan pelaut pria berjumlah 1.018.248 pelaut.

Samudera Indonesia (SI) memberikan peluang yang sama kepada wanita untuk mengejar mimpi dan karirnya sebagai pelaut profesional. Dengan dukungan ini diharapkan partisipasi wanita untuk berkarir di profesi yang didominasi lelaki ini semakin bertambah.

Di balik stereotip yang berkembang bahwa wanita dipandang lemah, pelaut wanita SI berhasil membuktikan bahwa hal tersebut hanya paradoks. Hal ini terefleksi dari kisah beberapa pelaut wanita SI: Capt. Suarniati, Anita Fajar Sari (Chief Officer), dan Sheyla Aquaresta Khaidah (3rd Officer). Pencapaian mereka membuktikan bahwa pelaut wanita memiliki skill, pengetahuan, kedisiplinan, dan ketangguhan fisik yang tidak kalah dari pelaut pria sehingga bisa menduduki peran penting di atas kapal. Capt. Suarniati membuktikan bahwa dengan ketekunan, seorang wanita bisa menjadi seorang kapten, pimpinan tertinggi di atas kapal.

Pelaut Wanita SI memiliki kualitas yang mumpuni, mampu bersaing dan tidak kalah dari segi pengalaman dengan pelaut pria. Integritas serta kepatuhan terhadap etika dan moral menjadi modal utama kunci kesuksesan pelaut-pelaut wanita ini. Berlayar berbulan-bulan dengan lawan jenis pun tidak menjadi sebuah masalah.

Bagi generasi pelaut khususnya pelaut wanita di masa depan, ketiga wanita inspiratif ini memiliki pesan agar jangan pernah ragu untuk mengejar cita-cita karena permasalahan fisik. Wanita harus bisa berjuang dimanapun berada. SI membuka kesempatan yang lebar bagi para wanita untuk berkarir sebagai pelaut, peluang berharga ini sebaiknya diikuti dengan ketekunan menjalani profesi hingga diberikan kepercayaan untuk memegang peran penting.

Kembali